Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

MENGENAL PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP) PADA TANAMAN KARET (1)

Arti Ekonomi JAP  Setiap tanaman karet yang terserang oleh JAP jika tidak segera ditanggulangi akan mati. Tanaman terinfeksi yang mati akan menjadi sumber infeksi bagi tanaman di sekitarnya yang menyebabkan populasi pohon per satuan luas menjadi berkurang dan sebagai akibatnya produktivitas kebun menjadi sangat rendah. JAP dapat menyerang tanaman pada semua stadia pertumbuhan, dan serangan terberat umumnya terjadi pada tanaman berumur 2-5 tahun. Pada daerah endemik, serangan JAP menyebabkan kerapatan pohon turun menjadi 40-50%. Penyakit JAP mengakibatkan kematian tanaman sehingga secara langsung menurunkan produksi kebun. Jika penurunan produksi karet kering rata-rata 2.7 kg/pohon/tahun, maka penurunan produksi selama 20 tahun sebesar 54 kg/pohon. Hal ini berarti nilai kehilangan finansial sekitar Rp. 72 . 9 00/pohon/tahun (harga per 16 Juni 2010) atau Rp 1.458.000 /pohon/20 tahun. Jika keparahan penyakit 3% per hektar (populasi 500 tanaman) maka nilai kehilangan finansial

TANAMAN NENAS DI TBM KARET

Inovasi senantiasa diperlukan, untuk dua hal utama yakni peningkatan nilai tambah dan efisiensi pengelolaan. Itulah inspirasi yang mendasar ketika kami mengunjungi penanaman  awal nenas di areal TBM karet kebun Batu Jamus. Kebun ini merupakan pioner pengelolaan tanaman semusim di areal TBM karet dari seluruh kebun karet yang pernah kami kunjungi, sehingga patut dicermati dengan seksama. Bincang-bincang dengan pengelola areal tersebut mengurai bahwa nenas ditanam berjarak 70 cm x 70 cm di gawangan barisan tanaman karet. Bibit untuk areal  seluas 2 ha sebagai penanaman awal itu diperoleh dari Blitar (Jawa Timur). Diperkirakan, sebanyak 6816 tanaman nenas per ha ditanam beberapa bulan setelah karet ditanam akan menjadi potensi yang menguntungkan selama tajuk tanaman karet belum membentuk self shading, atau memasuki masa Tanaman Menghasilkan (TM). Dalam tinjauan agronomi, jelas, nenas tidak menjadi inang penyakit, terutama JAP.   Langkah pioner dan awal penanaman nenas di areal T

MENGOPTIMALKAN PRODUKSI KARET DENGAN SISTEM EKSLOPITASI BARU

Dalam 10 tahun terakhir ini, klon karet unggul sudah sangat variatif. Variasi itu misalnya klon unggul yang didasarkan atas manfaat penanamannya. Seperti diketahui, kayu karet semakin bernilai ekonomi sehingga bahkan penjualan kayunya sudah dapat digunakan untuk penanaman ulang (TU). Artinya, perkebunan karet memang semakin bernilai ekonomi, disamping keunggulannya sebagai tanaman perkebunan bernilai ekologis. Cermatilah gugur daun yang terjadi setiap tahun, merupakan perkayaan hara yang sangat tinggi bagi tanah. Demikian juga sistem perakarannya yang mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Terdapat klon karet yang potensial sebagai penghasil kayu, lateks atau keduanya.             Disamping itu, klon karet berbeda-beda juga sifat metabolismenya. Perbedaan sifat metabolisme ini menjadikan sistem eksploitasinyapun berbeda-beda. Dalam konteks manajemen, seorang asisten kebun menjadi dituntut semakin tanggap terhadap teknologi. Persoalan manajemen penyadapan pada akhirnya juga harus seir

GAPAILAH PRODUKSI SETINGGI MUNGKIN

Kata kuncinya adalah penggalian produksi semaksimal mungkin. Ini menjadi “ideologi” pada kebun karet yang sudah masuk ke dalam kriteria Tanaman Menghasilkan (TM) tua. Apalagi potensi kulit masih tinggi dan kerapatan masih > 250 pohon per ha. Apa yang disebut dengan free tapping biasanya  diterapkan pada areal TM tua tersebut, dalam konteks perusahaan seringkali menjadi penyumbang produksi bagi areal TM muda. Tetapi, persoalan besar yang dihadapi perkebunan karet saat ini adalah sukarnya mencari penyadap. Utak-atik sistem pengupahan oleh manajemen kebun pada akhirnya tetap mengalami kesukaran untuk mendatangkan penyadap, apalagi kalau bidang sadap sudah >4 m dari permukaan tanah. Akibatnya, anca kosong, yakni suatu areal TM tua yang tidak disadap karena kekurangan penyadap terus menjadi “pemandangan” yang mengganggu. Berbagai akalpun dilakukan untuk mengeksploitasi TM tua, demi menggali produksi. Penyadap harus berinisiatif agar potensi yang masih ada di pohon karet dapat digal

PENTINGNYA TAPPING SCHOOL

Saat ini, tapping school (pelatihan penyadapan karet secara periodik) sudah tidak pernah lagi dilaksanakan pada seluruh perkebunan karet. Padahal, aspek ini sangat penting terhadap dua hal: 1) peningkatan produksi dan mempertahankannya secara konsisten 2) kesinambungan produksi sesuai dengan umur  ekonomi pohon. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa umur ekonomi yang singkat bersumber dari kesalahan dan keserampangan penyadapan karet. Konsumsi kulit yang tinggi, kedalaman sadap yang tidak terkendali, bahkan bentuk spiral yang tidak sesuai dengan program penyadapan adalah hal yang sangat jamak ditemui saat ini di perkebunan karet. Dengan keadaan ini,perkebunan karet kita menjadi sangat rentan terhadap kesinambungan produksi yang tinggi. Penyadapan karet sesungguhnya merupakan keterampilan yang perlu dilatih an dievaluasi. Hal ini terutama bagi penyadap pemula. Tapping school perlu digiatkan lagi, baik pada sore hari di depan emplasemen maupun pada lokasi-lokasi tertentu pada perkebu

INDUKSI PERCABANGAN TANAMAN KARET

Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa membentuk cabang. Tanaman dengan pertumbuhan seperti ini pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap, selain itu bagian ujungnya mudah dibengkokan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk menjadi tidak simetris. Keadaan cabang seperti ini akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila diterpa angin kencang. Beberapa klon yang pada awal pertumbuhannya cenderung meninggi dan lambat bercabang, diantaranya adalah klon GT 1 dan RRIM 600. Induksi percabangan selain untuk memodifikasi bentuk tajuk tanaman juga bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman. Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya 2.5-3 m dari pertautan okulasi. Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk tanaman l

EVALUASI LAPANG KEBUN KARET

Baku sistem konsultasi dan evaluasi perkebunan hingga saat ini mengacu kepada suatu sistem yang berbentuk badan usaha. Kontrak evaluasi biasanya jangka panjang, menuruti sistem antar badan usaha. Tidak dapat dipungkiri sistem ini inefsieisn atau berbiaya tinggi, seringkali rekomendasi yang disusun sangat umum dan tidak menyetuh aspek yang khusus dan spesifik  karena secara umum rekomendasi dari badan usaha konsultan untuk kebutuhan formalistik perbankan atau untuk kebutuhan lain yang belum menyentuh aspek mendasar, teknis dan mikro dari suatu fakta di lapangan. Atas dasar itu, kami, menyediakan jasa evaluasi lapang kebun karet yang sifatnya individual. Selain nirelatif lebih efisien, kami  selalu mengevaluasi untuk kebutuhan peningkatan manajemen kebun dan manajemen tanaman dalam skala mikro. Dengan demikian, rekomendasi yang kami susun setelah evaluasi lapang bersifat aplikatif, menunjukkan kinerja yang lebih baik, dan lebih dari itu menambah khazanah pengetahuan dan keterampi

MENYEDIAKAN BAHAN TANAM KARET

Bahan tanam karet baik berupa biji dan Okulasi Mata Tidur (OMT) dapat disediakan. Untuk biji, harga per butir Rp.550,. sedangkan OMT Rp.6.500.    Juga menyediakan pisau sadap untuk bidang sadap bawah dan bidang sadap atas bermutu tinggi dengan tingkat ketajaman dan presisi yang sangat akurat serta sesuai dengan standar Pusat Penelitian Karet. Harga pisau sadap bawah Rp.40.000 dan pisau sadap atas Rp.60.000. Harga tersebut belum termasuk ongkos kirim. Pemesanan lebih dari 100 ribu biji, 3000 batang OMT, 10 pisau sadap mendapatkan potongan harga.

PISAU SADAP BIDANG SADAP ATAS

Penyadapan bidang sadap atas pada pohon karet produksinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyadapab bidan sadap bawah. Arah sadapan dari kanan bawah ke kiri atas. Jadi, bila penyadapan bidang sadap bawah menarik ke bawah, maka penyadapan bidang sadap atas menyorong ke atas. Untuk iu, diperlukan pisau khusus, berupa lengkungan besi yang ujungnya tajam. Panjang tangkai tentu saja acapkali harus disesuaikan sejalan dengan semakin tingginya bidang sadap atas tersebut. Idealnya, setiap kali penyadapan, kulit yang disayat cukup 2,5 mm.   Bidang sadap atas tidak diperlukan lagi pemulihan kulitnya. Berbeda dengan bidang sadap bawah, yang harus mencermati pemulihan kulit untuk disadap kedua kalinya. Pisau sadap atas memiliki spesifikasi khusus, meliputi  lengkungan, tebal besi, ketajaman, dan sudut yang dibentuk oleh lengkungan. Tidak mudah untuk mendapatkan pisau sadap atas yang lazim disebut pisau sadap cekung. Menggunakan pisau sadap bawah untuk bidang sadap atas hanya merupak

JENIS OKULASI PADA HEVEA

JENIS OKULASI PADA HEVEA Ditinjau dari umur batang bawah, jenis okulasi pada Hevea terdiri dari okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi cokelat. Ketiganya dibedakan atas umur batang bawah, pengelolaan batang bawah, dan tentu saja kriteria entres sebagai sumber mata okulasi. Secara teknis, pelaksanaannya sama, yakni dengan membuka jendela okulasi pada batang bawah, menempelkan mata okulasi, dan memeriksa hasil okulasinya. Okulasi dini Okulasi dini biasanya dilakukan pada saat batang bawah berumur 3 – 4 bulan, dengan kayu entres yang dipotong bila berdiamater 2 – 3 cm. Okulasi dini sangat memerlukan keterampilan yang tinggi disertai dengan manajemen yang sangat akurat. Tingkat keberhasilan okulasi dini sangat ditentukan oleh keduanya. Saat ini, okulasi dini jarang diterapkan, tetapi merupakan bagian dari teknologi budidaya karet yang sudah memiliki baku teknis. Batang bawah yang akan digunakan adalah dengan menanam 2 biji secara langsung di polibeg, kemudian diseleks