Langsung ke konten utama

MENGOPTIMALKAN PRODUKSI KARET DENGAN SISTEM EKSLOPITASI BARU

Dalam 10 tahun terakhir ini, klon karet unggul sudah sangat variatif. Variasi itu misalnya klon unggul yang didasarkan atas manfaat penanamannya. Seperti diketahui, kayu karet semakin bernilai ekonomi sehingga bahkan penjualan kayunya sudah dapat digunakan untuk penanaman ulang (TU). Artinya, perkebunan karet memang semakin bernilai ekonomi, disamping keunggulannya sebagai tanaman perkebunan bernilai ekologis. Cermatilah gugur daun yang terjadi setiap tahun, merupakan perkayaan hara yang sangat tinggi bagi tanah. Demikian juga sistem perakarannya yang mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Terdapat klon karet yang potensial sebagai penghasil kayu, lateks atau keduanya.
            Disamping itu, klon karet berbeda-beda juga sifat metabolismenya. Perbedaan sifat metabolisme ini menjadikan sistem eksploitasinyapun berbeda-beda. Dalam konteks manajemen, seorang asisten kebun menjadi dituntut semakin tanggap terhadap teknologi. Persoalan manajemen penyadapan pada akhirnya juga harus seiring dengan peningkatan apresiasi terhadap teknologi baru, yakni klon-klon karet unggul baru.
Klon unggul menurut pemanfaatannya
            Balai Penelitian Sungei Putih merekomendasikan klon karet unggul atas klon penghasil lateks, penghasil lateks dan kayu serta klon penghasil kayu. Klon penghasil lateks berciri utama hasil lateks yang sangat tinggi tetapi hasil kayunya rendah hingga sedang. Klon penghasil lateks dan kayu berciri utama sebagai penghasil lateks dan kayu yang juga tinggi. Sedangkan klon penghasil kayu hasil lateksnya rendah hingga sedang, tetapi hasil kayunya sangat tinggi. Spesifikasi menurut pemanfaatan ini menjadi sangat penting bila kita mengaitkannya dengan rencana perusahaan dan kondisi sosioagroekologi kebun kita. Bila misalnya, perusahaan merencanakan pengembangan pabrik crumb rubber, atau meningkatkan kapasitas produksi dari pabrik yang ada, tentu tekanan penanaman adalah klon-klon penghasil lateks. Demikian juga kawasan-kawasan dimana tingkat pencurian tinggi, penanaman klon penghasil kayu dengan jarak tanam rapat merupakan pilihan yang ideal.

Tabel 1. Klon unggul karet menurut pemanfaatanya
Jenis pemanfaatan
Jenis klon
Penghasil lateks
BPM 24  BPM 107  BPM 109   IRR 104
PB 217     PB 260    PR 255
Penghasil lateks dan kayu
BPM 1   PB 330    RRIC 100    AV 2037
IRR 5     IRR 21     IRR 32       IRR 39
IRR 42   IRR 118
Penghasil kayu
IRR 70     IRR 71    IRR 78

Klon karet menurut metabolismenya
Apa yang disebut sebagai klon dengan quick starter adalah klon-klon unggul dengan metabolisme tinggi. Klon quick starter berciri puncak produksi pada periode awal penyadapan. Sedangkan klon dengan slow starter adalah klon-klon karet unggul dengan metabolisme sedang dan rendah berciri puncak produksi pada periode akhir penyadapan. Klon- klon slow starter tentu saja masih diproyeksikan untuk menyadap kulit pulihan, yang berbeda dengan klon-klon quick strarter, hanya berpusat kepada maksimalisasi produksi dari kulit perawannya.
Klon-klon PB 235, PB 260, PB 280, PB 340, RRIM 712, IRR 103, IRR 104, IRR 105, IRR 111, IRR 112, IRR 118, IRR 119, IRR 120, IRR 106, IRR 107, IRR 109, IRR 110, dan  IRR 117 merupakan klon karet unggul yang quick starter. Sedangkan klon-klon GT 1, AV 2037, BPM 1, BPM 24, PR 255, PR 261, PR 300, PB 330, RRIC 100, RRIC 110, RRIM 717, BPM 107, BPM 109, PB 217, PR 303, RRIC 102, TM 2, TM 8, dan TM 9 merupakan klon karet unggul yang slow starter.

Tabel 2. Penglompokan klon berdasarkan kapasitas metabolismenya
Metabolisme rendah
Metabolisme sedang
Metabolisme tinggi
Penghasil lateks
BPM 107
BPM 109

Penghasil lateks
BPM 24
PR 255
PR 261

Penghasil lateks
PB 260
IRR 104
IRR 107
Penghasil lateks dan kayu

Penghasil lateks dan kayu
BPM 1
PB 330
RRIC 100
Penghasil lateks dan kayu
IRR 5

  Catatannya : klon lainnya sedang tahap pengujian

Sistem eksploitasi anjuran
            Adapun sistem eksploitasi yang dianjurkan selama umur ekonomis masing-masing klon karet tersebut sebagai berikut. Sistem eksploitasi untuk quick starter adalah 1/2Sd/3 pada tahun pertama penyadapannya, dilanjutkan dengan 1/2Sd/3 ET 2,5% Ga 0,7 4/y(m) dari tahun sadap ke 2 hingga 5, pada bidang sadap B0-1.  Sistem penyadapan kemudian berubah menjadi 1/4S↑d/3 ET 2,5% Ba 0,5 18/y(2w), pada tahun sadap ke 6 – 9, pada bidang sadap H0-1. Sistem eksploitasi selanjutnya (tahun sadap ke 10 – 14) pada bidang sadap B0-2 dengan menterapkan 1/2Sd/3 ET 2,5% Ga 0,7 4/y(m). Pada tahun sadap 15 – 18, sistem eksploitasi berubah lagi menjadi /4S↑d/3 ET 2,5% Ba 0,5 18/y(2w) pada bidang sadap H0-2. Pada tahun sadap 19 – 20, sistem eksploitasi sudah bebas (free tapping), dengan frekuensi sadap tetap d/3 (Tabel 3).

Tabel 3. Sistem eksploitasi anjuran untuk klon quick starter
Tahun sadap
Bidang sadap
Sistem eksploitasi
1
B0-1
1/2Sd/3
2 - 5
B0-1
1/2Sd/3 ET 2,5% Ga 0,7 4/y(m)
6 - 9
H0-1
1/4S↑d/3 ET 2,5% Ba 0,5 18/y(2w),
10 – 14
B0-2
1/2Sd/3 ET 2,5% Ga 0,7 4/y(m)
15 - 18
H0-2
1/4S↑d/3 ET 2,5% Ba 0,5 18/y(2w),
19 - 20

Bebas, d/3

            Sedangkan klon slow starter, sistem eksploitasi yang dianjurkan adalah 1/2Sd/3 pada tahun sadap pertama di bidang sadap B0-1. Selanjutnya, direkomendasikan 1/2S d/3 ET 2,5% Ga 0,7 9/y(m) pada tahun sadap 2 – 5 di bidang sadap B0-1, yang dilanjutkan dengan sistem eksploitasi yang sama, pada bidang sadap B0-2  saat penyadapan tahun 6 – 10. Pada tahun sadap 11 – 14, penyadapan dikombinasikan dengan sistem 1/4Sd/3 ET 2,5% Ga 1,0(m) dan 1/4S↑ d/3 ET 2,5% Ga 1,0 (m) pada bidang sadap B1-1 dan H0-1. Demikian juga penyadapan pada tahun ke 15 – 18 pada bidang sadap B1-2 dan H0-2. Sedangkan pada penyadapan tahun ke 19 – 20, sudah merupakan penyadapan bebas dengan frekuensi tetap d/3 (Tabel 4).

Tabel 4. Sistem eksploitasi anjuran untuk klon slow  starter
Tahun sadap
Bidang sadap
Sistem eksploitasi
1
B0-1
1/2Sd/3
2 - 5
B0-1
1/2S d/3 ET 2,5% Ga 0,7 9/y (m)
6 - 10
B0-2
1/2S d/3 ET 2,5% Ga 0,7 9/y (m)
11 – 14
B1-1 dan H0-1
1/4Sd/3 ET 2,5% Ga 1,0(m)
1/4S↑ d/3 ET 2,5% Ga 1,0 (m)
15 - 18
B1-2 dan H0-2
1/4Sd/3 ET 2,5% Ga 1,0(m)
1/4S↑ d/3 ET 2,5% Ga 1,0 (m)
19 - 20

Bebas, d/3

Penutup
            Jelas, apresiasi terhadap perkembangan teknologi semakin diperlukan dalam manajemen perkebunan, khususnya perkebunan karet. Mengubah kebiasaan lama memang sangat susah, dan bertahan pada pengalaman-pengalaman masa lalu sudah tidak pada saatnya lagi. Teknologi itu sendiri begitu cepat mengalami perubahan. Masukan dari lapangan turut memberi kontribusi dalam kemajuan teknologi. Karena itu, kerjasama peneliti dan praktisi merupakan kunci kemajuan manajemen perkebunan secara keseluruhan.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

INDUKSI PERCABANGAN TANAMAN KARET

Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa membentuk cabang. Tanaman dengan pertumbuhan seperti ini pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap, selain itu bagian ujungnya mudah dibengkokan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk menjadi tidak simetris. Keadaan cabang seperti ini akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila diterpa angin kencang. Beberapa klon yang pada awal pertumbuhannya cenderung meninggi dan lambat bercabang, diantaranya adalah klon GT 1 dan RRIM 600. Induksi percabangan selain untuk memodifikasi bentuk tajuk tanaman juga bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman. Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya 2.5-3 m dari pertautan okulasi. Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk tanaman l

PISAU SADAP BIDANG SADAP ATAS

Penyadapan bidang sadap atas pada pohon karet produksinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyadapab bidan sadap bawah. Arah sadapan dari kanan bawah ke kiri atas. Jadi, bila penyadapan bidang sadap bawah menarik ke bawah, maka penyadapan bidang sadap atas menyorong ke atas. Untuk iu, diperlukan pisau khusus, berupa lengkungan besi yang ujungnya tajam. Panjang tangkai tentu saja acapkali harus disesuaikan sejalan dengan semakin tingginya bidang sadap atas tersebut. Idealnya, setiap kali penyadapan, kulit yang disayat cukup 2,5 mm.   Bidang sadap atas tidak diperlukan lagi pemulihan kulitnya. Berbeda dengan bidang sadap bawah, yang harus mencermati pemulihan kulit untuk disadap kedua kalinya. Pisau sadap atas memiliki spesifikasi khusus, meliputi  lengkungan, tebal besi, ketajaman, dan sudut yang dibentuk oleh lengkungan. Tidak mudah untuk mendapatkan pisau sadap atas yang lazim disebut pisau sadap cekung. Menggunakan pisau sadap bawah untuk bidang sadap atas hanya merupak