Arti Ekonomi JAP
Setiap tanaman karet yang terserang oleh JAP jika tidak
segera ditanggulangi akan mati. Tanaman terinfeksi yang mati akan menjadi
sumber infeksi bagi tanaman di sekitarnya yang menyebabkan populasi
pohon per satuan luas menjadi berkurang dan
sebagai akibatnya produktivitas kebun menjadi sangat rendah. JAP dapat menyerang tanaman pada semua
stadia pertumbuhan, dan serangan terberat umumnya terjadi pada tanaman berumur
2-5 tahun. Pada daerah endemik, serangan JAP menyebabkan kerapatan pohon turun
menjadi 40-50%.
Penyakit JAP mengakibatkan kematian tanaman
sehingga secara langsung menurunkan produksi kebun. Jika penurunan produksi karet kering rata-rata 2.7
kg/pohon/tahun, maka penurunan produksi selama 20 tahun sebesar 54 kg/pohon.
Hal ini berarti nilai kehilangan finansial sekitar Rp. 72.900/pohon/tahun (harga per 16 Juni 2010) atau Rp 1.458.000/pohon/20 tahun. Jika keparahan
penyakit 3% per hektar (populasi 500 tanaman) maka nilai kehilangan finansial
sekitar Rp 1.093.500/ha/tahun atau Rp. 21.870.000/ha/20
tahun apabila tidak terjadi pertambahan
tanaman yang terserang. Angka tersebut bisa lebih tinggi lagi karena JAP akan
terus menulari tanaman sehat lainnya selama terjadi kontak akar dan tidak ada
pengendalian dari pihak kebun (disesuaikan dari Situmorang, 2004).
Gejala Serangan JAP
Gejala serangan JAP pada tanaman karet ditandai dengan
adanya perubahan warna daun secara mendadak, terutama pada daun-daun muda. Daun
berwarna hijau kusam dan tampak lebih tebal daripada yang normal. Selanjutnya
daun tersebut berubah warna menjadi kuning kecoklatan lalu mengering. Apabila
kulit batang ditoreh, tanaman kadang-kadang tidak mengeluarkan getah sama
sekali. Tanaman yang terserang berat akhirnya tumbang dengan daun yang masih
menggantung. Adakalanya tanaman yang terserang membentuk bunga dan buah lebih
awal.
Pada permukaan akar tanaman yang terserang jamur akar
putih terdapat benang-benang miselium jamur (rizomorf) berwarna putih menjalar
sepanjang akar. Di sana-sini benang-benang meluas atau bercabang-cabang seperti
jala. Keberadaan R.
lignosus dapat juga ditandai dengan terbentuknya tubuh buah pada pangkal
batang tanaman karet yang mengalami serangan lanjut. Tubuh buah ini berbentuk
setengah lingkaran yang terdiri dari 2 lapisan. Lapisan atas berwarna lebih
muda, sedangkan lapisan bawah berwarna coklat muda kemerah-merahan. Tubuh buah
tersebut terutama berfungsi untuk menghasilkan spora. Spora-spora tersebut
dapat menjadi agen dalam infeksi terhadap tanaman sehat.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan JAP
Timbulnya penyakit akar R. lignosus erat hubungannya dengan kebersihan lahan. Tunggul atau sisa tebangan pohon, perdu, dan
semak yang tertinggal dalam tanah merupakan substrat R. Iignosus. Potensi R. lignosus sangat ditentukan oleh
banyaknya tunggul di lahan yang bersangkutan.
Keberadaan R. lignosus dalam
tanah di samping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut juga ditentukan oleh
organisme renik yang melapukkan tunggul.
Penyebaran penyakit JAP yang paling efektif yaitu melalui
kontak akar. Apabila akar-akar tanaman sehat saling bersinggungan dengan akar
tanaman karet yang sakit maka rizomorf JAP akan menjalar pada akar tanaman yang
sehat kemudian menuju pada leher akar dan selanjutnya menginfeksi akar lateral
lainnya. Tanaman yang terinfeksi ini akan menjadi sumber infeksi bagi tanaman
jirannya, sehingga perkembangan penyakit makin lama makin meluas. Penyebaran penyakit yang
disebarkan melalui spora sangatlah kecil. Spora dapat berkecambah apabila ada
inang perantara. Peranan spora dalam
penularan JAP dengan cara
spora tersebut jatuh
pada permukaan tunggul dengan bantuan air dan cuaca yang mendukung kemudian berkecambah dan turun
ke bawah menuju ke akar, baru kemudian tunggul tersebut menjadi sumber infeksi
dari tanaman karet di sekitarnya.
Penyakit
akar putih termasuk penyakit bertipe monosiklik dengan model berbunga tunggal :
Xt = Q (1+Rt) (Q = populasi inokulum awal, R = laju perkembangan penyakit, t = waktu dan Xt = kejadian penyakit pada waktu t) yaitu termasuk tipe penyakit yang berkembang dengan lambat atau
tahunan (Van Der Plank, 1963). Sebagai gambaran jika seandainya terdapat 100
pohon sakit/mati akibat JAP pada suatu areal dengan laju infeksi 5 % setiap
bulan, maka dalam waktu satu tahun jumlah pohon sakit menjadi 160 pohon.
Komentar