Langsung ke konten utama

USAHA PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA UNTUK PERKEBUNAN KARET



Ringkasan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh luasnya areal bekas pertambangan batubara yang tidak dapat ditanami. Hal ini disebabkan oleh rendahnya sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga pengelolaan tanaman di lahan tersebut tidak optimal. Teknologi reklamasi lahan yang disertai oleh paket teknologi untuk tanaman karet belum tersedia. Informasi ilmiah perihal tanggapan tanaman karet pada kondisi tanah yang sangat spesifik seperti tanah bekas pertambangan batubara juga belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan adaptasinya beberapa klon karet di tanah bekas tambang di rumah kaca dan perbaikan tanah bekas tambang batubara.
Klon-klon yang diuji adalah klon PB 260, RRIC 100, IRR 104, IRR 107 dan IRR 39. Klon dalam bentuk stum mata tidur ditanam dipolibeg yang berisi tanah bekas tambang dan diamati pertumbuhannya selama 9 bulan.
Usaha perbaikan lahan ini meliputi peningkatan mutu kondisi fisik dan kimia tanah serta peningkatan aktivitas biologis. Dalam percobaan ini dilakukan pemberian Biofec SP dan bahan organik yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk standar sebagai berikut: 1. Kontrol tanpa pemupukan, 2. pupuk standar 25% + 50 gr Biofec, 3. Pupuk standar 50% + 25 g Biofec, 4. Pupuk standar 75% + 12,5 g Biofec, 5. Pupuk standar 25% + 50 g kompos, 6. Pupuk standar 50% + 25 g kompos, 7. Pupuk standar 75% +12,5 g kompos, 8. Pupuk standar 100%, 9. Biofec 50 gr.
Klon yang digunakan untuk percobaan ini adalah salah satu klon yang sesuai untuk tanah tambang hasil pengamatan pada percobaan pertama. Analisis tanah meliputi sifat kimia: pH, kandungan hara makro (N, P, K, Mg, Ca) dan sifat fisik tanah yang meliputi : kandungan bahan organik, tekstur dan KTK, dan pengamatan biologis meliputi jumlah populasi mikroba dan jenis mikroba.Usaha perbaikan kondisi kimia tanah serta peningkatan aktivitas biologis dilakukan dengan menambahkan Biofec dan pemberian bahan organik masing-masing dengan dosis 50 gr/polibeg.
Dari lima klon karet yang diuji terdapat tiga klon dapat hidup optimal di lahan bekas tambang adalah Klon RRIC 100, IRR 39 dan PB 260. Dari percobaan tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pupuk standar dosis 25%, 50% dan 75% yang dikombinasikan dengan Biofec dan kompos mempunyai pengaruh yang sama pemberian pupuk standar dosis 100% terhadap pertumbuhan karet di polibeg. Perlakuan terbaik pada percobaan di rumah kaca adalah perlakuan pupuk dosis 25% ditambah Biofec 50 gr.

Kata kunci: tanaman karet, reklamasi, tambang batubara, pemupukan, Biofec, kompos


Summary
This research was based on there are very large area of coal postmining which its can’t be planted. Soil characteristic of the areas (chemical, physical and biology) are not suitable for crops so the plant management in that area is not running optimally. In the other side, land rehabilitation technology that is followed by technology package for rubber plantation is not yet available. The information of rubber trees responds to specific area like coal post mining is also not available. The objective of research are to observed the adaptation capacity of rubber clones at post mining soil and  reclamation post mining soil. All the research were conducted in greenhouse.
The clones that observed were PB 260, RRIC 100, IRR 104, IRR 107 and IRR 39. The clones in stump stadium were planted in polybeg containing postmining soil and  observed their growth for nine months.
The reclamation activities included increasing of soil quality (chemical and physic) and biology activities also. There were nine treatments using Biofec and organic matter that combined with standard fertilizer; (1) Control (without fertilizer treatment), (2). 25% standard fertilizer dosage + 50 g Biofec, (3). 50% standard fertilizer dosage + 25 g Biofec SP, (4). 75% standard fertilizer dosage + 12.5 g Biofec, (5). 25% standard fertilizer dosis + 50 g compost, (6). 50% standard fertilizer dosage + 25 g compost, (7) 75% standard fertilizer dosage + 12.5 g compost, (8) 100% standard fertilizer dosage, (9) 50 g Biofec..
The clone that used at the research is a clone, which suitable for old site mining base on the previous research. Soil analysis included chemical characteristics like organic matter, N, P, K, Ca, and Mg), physical characteristics such as: texture and CEC. A biological activity was analyzed based on number and kind of microbial population. The reclamation effort for soil chemical and increase biological activities was done with added Biofec SP and applied organic matter 50 gr/polibeg each.
From five Clones were tested, three clones have optimally growth in coal post mining, were RRIC 100, IRR 39 and PB 260. The result of research showed that 25%, 50% and 75% standard fertilizer dosage combined with Biofec and compost have the same effect  with 100% standard fertilizer treatment on rubber plant growth in polybeg. The best treatment on green house is 25% standard fertilizer dosage combined with 50 g Biofec.

Keywords : Rubber plant, reclamation, coal mining, fertilizing, compost, Biofec.

PENDAHULUAN

Kontribusi sektor pertambangan terhadap kerusakan hutan di Indonesia mencapai 10 %, dan kini melaju mencapai 2 juta ha per tahun. Di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur saja, terdapat 29 perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Kalimantan Timur saat ini memberikan konstribusi sekitar 50% dari total produksi batu bara di Indonesia. Tahun 2000, produksi batubara Kaltim mencapai 30,7 milyar ton; tahun 2001 mencapai 33,95 milyar ton. Tahun 2005 diperkirakan mencapai 50,8 milyar ton (Kalimantan Review, 2003). Persoalan pertambanganpun menjadi semakin melemahkan rakyat, oleh karena ganti rugi sangat kecil untuk areal pertanian yang sudah dikelola. Di Sumatra Utara, bahan tambang potensial seperti bentonit, granit, kaolin, pasir kuarsa dan marmer adalah bahan tambang yang diproyeksikan meninggalkan lahan-lahan yang tidak dapat ditanami bila dieksplorasi sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pengelolaan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) di lahan bekas tambang dinilai merupakan salah satu  alternatif utama untuk mengatasi tidak produktifnya lahan-lahan tersebut sekaligus merupakan jawaban atas masalah lingkungan yang ditimbulkan kawasan bekas pertambangan. Dalam konteks agronomi, terdapat dua alasan utama dari pemilihan tanaman karet sebagai tanaman yang potensial dikelola pada lahan bekas tambang. Pertama, sejumlah penelitian dan pengalaman  praksis menunjukkan bahwa tanaman karet memiliki adaptibilitas yang tinggi pada lahan-lahan yang marginal, seperti di lahan yang berbatu di Kebun Palangisang Sulawesi Selatan. Dalam kondisi demikian produksivitas kebun tersebut dapat mencapai 1500/kg/ha/tahun (Karyudi, 2005, komunikasi pribadi).  Tanaman karet yang mempunyai akar tunggang yang dalam secara teoritis lebih mampu mengatasi masalah kekeringan. Tanaman karet bahkan mampu memberikan produktivitas yang lebih tinggi pada lahan berpasir dengan bulan kering yang tegas dibandingkan dengan lahan yang tidak memiliki bulan-bulan kering (Suhendry et al., 1996). Kedua, tanaman karet mampu memperbaiki sifat tanah melalui perkayaan hara dengan karakter fisiologi pengguguran daunnya.
Tidak ada produksi klon yang universal di setiap lokasi dan keunggulan satu klon pada agroekosistem tertentu belum tentu muncul pada agroekosistem lain (Suhendry et al., 1996). Pengujian tanaman semusim pada tanah  bekas tambang batubara juga menunjukkan bahwa antar spesies dan kultivar menunjukkan tanggap yang berbeda dan membutuhkan teknologi persiapan lahan yang berbeda pula (Barnhisel and Hower,1997).  Dengan demikian, seleksi klon untuk dapat menetapkan klon yang sesuai di lahan-lahan bekas pertambangan menjadi penting.
Penelitian  di Malaysia menunjukkan bahwa setiap tahun daun karet dapat mengembalikan 45 – 90 kg/ha N, 3 – 7 kg/ha P, 10 – 20 kg/ha K, dan 9 – 18 kg/ha Mg. Ini merupakan kharakteristik tanaman karet yang tidak dimiliki oleh tanaman lain. Disamping itu, tanaman karet memiliki kemampuan memfikasi karbon sehingga menjadikannya sebagai tanaman industri yang memiliki manfaat ekologi. Efesiensi penggunaan radiasi matahari pada tanaman karet yang kanopinya sudah tertutup adalah sekitar 2,8% (Templeton, 1969). Tanaman karet juga mampu memfiksasi karbon sekitar 1 ton/th (Naimah et. al. 1992).
Klon IRR seri 100 misalnya, tajuknya berbentuk kerucut dan pola percabangan normal sehingga mempengaruhi kecepatan penutupan lahan (land covered rate). Beberapa klon bertajuk lebat mengalami self pruning menjelang umur 4 tahun seperti IR 101, IRR 104, IRR 111 IRR 112  dan IRR 114 (Woelan et.al., 1996), sehingga merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan penggunaannya dalam kaitan terhadap lingkungan.
Seperti diketahui, besar kecil hambatan mekanik pertumbuhan akar tanaman karet dipengaruhi oleh sifat fisik tanah. Sifat fisik itu adalah : lempung, lempung dan debu, karbon organik, kerapatan bongkah, ruang pori total, pori makro, pori mikro, permeablitas, persen agregasi, dan berat diamater rata-rata agregat kering secara tunggal. Pada lapisan 0 – 30 cm ada 5 sifat fisik tanah yang berperan dalam perkembangan akar  karet : pori makro, kandungan karbon organik, kerapatan bongkah, berat diamater rata-rata agregat, dan ruang pori total. Perkembangan akar di tekstur pasir lebih baik. Pada solum yang dangkal akar, kurang berkembang dan menyebabkan genangan air di musim hujan. Kesuburan kimia seperi bahan organik, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan hara juga menentukan. Akar berkembang dimana lokasi karbon organik dan KTK tinggi (Munthe, 1996).
METODOLOGI

Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Sungei Putih dari Bulan Maret 2005 sampai dengan Desember 2006. Penelitian terbagi menjadi dua tahap: 1. seleksi klon yang sesuai tumbuh di lahan bekas lahan dan, 2. peningkatan mutu tanah bekas tambang batubara.

1.Uji kesesuaian klon
Dalam pengujian ini digunakan lima klon karet yaitu PB 260, RRIC 100, IRR 107, IRR 39 dan IRR 104 dalam bentuk stum mata tidur. Stum ditanam dalam polibeg berukuran 30 x 40 cm yang berisi tanah bekas tambang batubara. Rancangan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok, setiap klon di tanam lima pohon dan diulang tiga kali. Pengamatan dilakukan terhadap pertambahan lilit batang dan tinggi tanaman yang diamati setiap tiga bulan selama sembilan bulan.

2. Perbaikan mutu tanah bekas tambang
 Bibit yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit polibeg payung dua, dengan ukuran polibeg 18 x 40 cm. Bibit tersebut ditanam dalam polibeg berukuran 40 x 60 cm yang berisi tanah bekas tambang batubara. Perbaikan mutu tanah bekas tambang batubara dilakukan pemberian perlakuan pemupukan, Biofec dan kompos. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun. Setiap perlakuan terdiri dari lima tanaman dengan ulangan tiga kali.
Pengujian baru untuk melihat pengaruh dosis Biofec dalam mengurangi penggunaan dosis pupuk. Rancangan yang yang digunakan adalah Rancangan Acak kelompok. Perlakuan disusun sebagai berikut:
1.      Kontrol tanpa pemupukan.
2.      Pupuk standar 25% + 50 g biofec
3.      Pupuk standar 50% + 25 g biofec
4.      Pupuk standar 75% + 12,5 g biofec
5.      Pupuk standar 25% + 50 g kompos
6.      Pupuk standar 50% + 25 g kompos
7.      Pupuk standar 75% +12,5 g kompos
8.      Pupuk standar 100%.
9.      Biofec 50 gr biofec
Pengamatan pertumbuhan karet dilakukan dengan melihat pertambahan lilit batang dan tinggi tanaman. Sifat kimia yang dianalisis meliputi : pH, kandungan hara makro (N, P, K, Mg, Ca) dan sifat fisik tanah yang meliputi : kandungan bahan organik, tekstur dan KTK. Pengamatan biologis meliputi jumlah populasi mikroba dan jenis mikroba.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengujian pertumbuhan beberapa klon karet
Secara umum klon-klon karet dapat tumbuh dengan baik di lahan yang kurang subur atau di lingkungan yang marginal seperti daerah berbatuan, gambut dan daerah pasang surut. Dari pengamatan di rumah kaca menunjukan bahwa kecepatan pertumbuhan karet tergantung pada klon. Pertambahan lilit batang dan tinggi tanaman beberapa klon tercantum dalam Tabel 1. Secara umum pertumbuhan tanaman karet selama sembilan bulan di rumah kaca relatif normal (Gambar 1). Penyiraman tanaman karet harus sering diberikan karena struktur tanah bekas tambang yang berpasir sehingga kurang menyerap air. Dari percobaan ini memberikan gambaran awal bahwa tanaman karet mampu tumbuh optimal di lahan bekas tambang. Ketepatan waktu tanam merupakan hal yang harus diperhatikan. Untuk penanaman di lapangan sangat disarankan menggunakan bibit karet polibeg payung dua, karena kondisi lahan yang tandus dan kering. Disamping itu, penanaman harus dilakukan pada saat musim hujan.

Tabel 1. Pertambahan lilit batang dan tinggi tanaman beberapa klon karet yang ditanaman dalam polibeg yang berisi tanah bekas batubara
Table 1. Girth and length increasing of some rubber clones in polybeg containing coal postmining soil.

Klon Karet
Pertambahan
Tinggi Tanaman (cm)
Pertambahan
Lilit batang (mm)
PB 260
RRIC 100
IRR 107
IRR 104
IRR 39
15,7 c
19,3 a
12,7 c
11,7 d
17,7b
2,3 B
2,7 B
1,3 C
3,0 A
2,7 B
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%.

Klon RRIC 100 menunjukkan pertambahan tinggi paling cepat, diikuti oleh IRR 39, PB 260, IRR 107 dan IRR 104. Meskipun pertambahan tinggi IRR 104 paling rendah, tetapi pertambahan lilit batangnya justru paling tinggi yaitu 3,0 mm. Dengan melihat pertambahan tinggi dan lilit batang sekaligus maka IRR 100 dan IRR 39 merupakan klon yang paling optimal tumbuh di lahan bekas tambang. RRIC 100 termasuk klon lateks-kayu dan IRR 39 termasuk klon kayu. Pertambahan tinggi PB 260 setara dengan IRR 107 tetapi pertambahan lilit batangnya setara dengan RRIC 100 dan IRR 39. Dengan demikian PB 260 masih dapat dikategorikan mampu tumbuh baik di tanah bekas batubara. Pemilihan PB 260 untuk uji selanjutnya adalah di samping pertumbuhannya yang cukup baik juga produksinya yang tinggi.



 








                                                              A                   B                   C
Gambar 1. Pertumbuhan beberapa klon karet di tanah bekas tambang batubara, A. RRIC 100, B. IRR 39 dan C. IRR 107
Figure 1. Rubber clones growth in coal postmining soil, A. RRIC 100, B. IRR 39 and C. IRR 107
2.Perbaikan mutu tanah bekas tambang
Pengaruh perlakuan kombinasi dosis pemupukan dengan biofec dan kompos terhadap pertumbuhan tanaman karet di rumah kaca ditampilkan pada Tabel 2. Klon yang digunakan percobaan ini adalah PB 260. Tanaman karet mendapat sembilan perlakuan dosis pemupukan, kompos dan Biofec. Secara umum kombinasi perlakuan tersebut dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Tanpa pemberian dan pemupukan pertambahan tinggi tanaman hanya 14,2 cm dan pertambahan diameter batang 2,17 mm. Dengan pemupukan standar dosis 100% terjadi peningkatan pertumbuhan yaitu dengan pertambahan tinggi 32,37 cm dan diameter batang 3,13 mm.
Tabel 2. Pengaruh pemberian kombinasi dosis pupuk dengan Biofec dan kompos terhadap pertumbuhan tanaman karet
Table 2. Effect of fertilizer dosage that combined with Biofec and compost to rubber growth plant
NO
Perlakuan
Pertambahan
Pertambahan


Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (mm)
1
Tanpa Pemupukan
14.2 c
2.17 c
2
25% Pupuk Standar  + 50 g Biofec
36.9 a
3,43 a
3
50% Pupuk Standar + 25 g Biofec
34.5 a
2,99 b
4
75% Pupuk Standar + 12.5 g Biofec
34.1 a
3,11 b
5
25% Pupuk Standar  + 50 g Kompos
37.2 a
2,05 c
6
50% Pupuk Standar + 25 g Kompos
31.6 a
2,21 c
7
75% Pupuk Standar + 12.5 g Kompos
35.2 a
3,07 b
8
100% Pupuk Standar
32.4 a
3,13 b
9
50 g Biofec
20.6 b
2,31 c





 


















Gambar 2. Keragaan tanaman karet yang ditanam di tanah bekas tambang batubara
Figure 2. Performing of rubber plant planted at coal postmining soil

Kombinasi antara pupuk standar dosis 25%, 50% dan 75% dengan Biofec dan kompos ternyata meningkatkan pertumbuhan tanaman karet. Pengaruh beberapa kombinasi tersebut setara dengan tanaman yang mendapatkan pupuk dosis 100%. Pertambahan tinggi tanaman rata-rata pada pemberian pupuk dosis 25% pupuk standar + 50 g Biofec adalah 36,9 cm dan pertambahan diameter batang 3,43 mm dalam waktu enam bulan. Sedangkan jika diperlakukan dengan dosis pupuk 25% dikombinasikan dengan penambahan 50 g kompos maka pertambahan tinggi tanaman karet berkisar 37,2 cm dan pertambahan diameter batang 2,05 mm. Ada perbedaan pada pertambahan diameter batang yang nyata antara kedua perlakuan tersebut. Sementara itu pada pemberian dosis pupuk standar pertambahan tinggi tanaman karet rata-rata 32,4 cm dan diameter batang 3,13 mm.
Pertambahan diameter batang pada perlakuan kombinasi pupuk ditambah Biofec relative lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kombinasi pupuk. Penambahan Biofec rata-rata meningkatkan tinggi tanaman 35,17 cm dan diameter tanaman 3,18 mm. Penambahan kompos meningkatkan pertambahan tinggi 34,67 cm dan diameter batang 2,44 mm. Dengan demikian jelas bahwa peran bakteri yang terkandung dalam Biofec cukup efektif dalam mendukung dalam pertumbuhan karet. Pemberian Biofec secara tunggal hanya meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman karet, tetapi tidak dengan pertumbuhan lilit batang. Dengan perlakuan 50 g Biofec pertambahan tinggi tanaman karet adalah 20,6 cm dan pertambahan lilit batang 2,31 mm. Hal ini diduga bahwa nutrisi yang terkandung dalam pupuk juga dimanfaatkan oleh mikroba yang terkadung dalam Biofec untuk melakukan aktifitas biologisnya. Tanpa didukung oleh adanya nutrisi dari pupuk maka aktivitas mikroba juga rendah.
Tabel 3. Pengaruh pemberian perlakuan dosis pupuk standar yang dikombinasikan dengan Biofec dan kompos terhadap perubahan sifat kimia dan fisik tanah bekas tambang batubara
Table 3. Effect of   fertilizer dosages combined with Biofec and compost to change of chemical and physical characteristic of coal postmining soil
Perlakuan
Tekstur
pH
N
(%)
C
(%)
P.av
ppm
CEC
pH 7
meq%
K
Exh
meq%
Ca
Exh
meq%
Mg
Exh
meq%
Pasir
(%)
Liat
(%)
Debu
(%)
Perlakuan 1
67
15
18
4,42
0,22
1.85
9
14,3
0,18
2,24
1,28
Perlakuan 2
68
15
17
5.45
0,28
2,04
15,3
13,4
0,16
2,32
1,13
Perlakuan 3
68
17
15
4,93
0,34
1,64
37,8
14,4
0,18
2,24
1,28
Perlakuan 4
69
16
15
5,85
0,25
1,39
10
13,6
0,18
1,92
0,79
Perlakuan 5
67
16
17
5,63
0,28
1,50
11,3
13,2
0,16
2,40
0,91
Perlakuan 6
69
15
16
5,52
0,34
1,81
16,4
14,2
0,20
2,40
0,79
Perlakuan 7
69
15
16
5,43
0,28
1,92
10,7
13,0
0,18
2,32
0,76
Perlakuan 8
67
15
18
4,90
0,24
2,04
47,7
12,4
0,14
2,56
1,19
Perlakuan 9
67
16
17
5,75
0,34
2,04
18,2
13,4
0,18
2,36
1,06

Pengaruh pemberian perlakuan kombinasi pupuk dengan kompos maupun biofec berpengaruh terhadap peningkatan nilai pH, N, dan P. Perlakuan pemupukan dosis 100% cenderung meningkatkan pH, dan kandungan P. Sedangkan perlakuan Biofec tunggal cenderung meningkatkan pH, N, dan P. Dari semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap perubahan tektur tanah (Tabel 2). Dengan demikian perlakuan dengan pupuk dosis 25%, 50% dan 75% ditambah dengan Biofec dan kompos dapat mengimbangi pupuk standar dosis 100% dalam hal menyediakan nutrisi bagi tanaman.
Terjadi peningkatan aktivitas mikrobia di dalam tanah dengan perlakuan pemberian Biofec dan kompos. Tidak terdapat perbedaan jumlah mikrobia yang nyata antara perlakuan Biofec dengan kompos. Perbedaan aktivitas nyata terjadi jika dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan pupuk dosis 100%. Aktivitas mikrobia antara kontrol dengan pupuk dosis 100% relatif sama. Penambahan organik seperti kompos sangat penting untuk meningkat kualitas tanah tambang. Dosis bahan organik tersebut harus diberikan secara berkala dengan dosis yang disesuaikan dengan umur tanaman.
Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan jumlah bakteri dan jamur di awal penelitian, terjadi peningkatan di semua perlakuan. Peningkatan juga terjadi pada kontrol. Hal ini menunjukkan telah terjadi interaksi antara tanaman dengan mikrobia. Keberadaan tanaman memberikan suatu kondisi agar mikrobia dapat tumbuh berkembang. Demikian pula sebaliknya mikrobia tersebut dapat mendorong pertumbuhan tanaman, sehingga terjadi hubungan mutualisme. Tanaman secara alami mengkondisikan tanah menjadi suatu kondisi yang kondusif untuk aktivitas dan pertumbuhan mikrobia. Kondisi yang kondusif tersebut seperti konsentrasi CO2 dan O2, potensial osmotik dan redoks, pH dan kelembaban (Anderson, et al. 1995).
Kelangsungan hidup mikroba rhizofer bergantung pada karbohidrat, asam amino dan asam organik yang dikeluarkan oleh epidermis akar. Semua ujung akar selalu dilindung oleh tudung akar. Sel-sel pada ujung akar mengeluarkan eksudat untuk membantu akar menembus tanah. Eksudat yang dikeluarkan oleh baik oleh akau maupun ujung akar bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi mikrobia. Sebaliknya, mikrobia rhizosfer juga dapat menstimulasi akar agar mengsekresi eksudat. Dengan demikian telah terjaadi simbiosis mutualisma antara tanaman dengan mikrobia rhizosfer. Komunitas mikrobia di zona akar sangat tergantung pada tipe akar, spesies tanaman, umur tanaman dan tipe tanah (Anderson, et al. 1995).

Tabel 4. Perkembangan aktivitas mikrobia dalam tanah bekas tambang yang mendapat perlakukan kombinasi pupuk dengan biofec dan kompos
Table 4. Development of microbial activities in coal postmining treated with combined fertilizer with Biofec and compost

Perlakuan
Jumlah Bakteri (106)
Jumlah spora/ propagul Jamur
(105)
Perlakuan 1
6,7
1,2
Perlakuan 2
8,3
1,0
Perlakuan 3
8,8
1,3
Perlakuan 4
9,6
1,2
Perlakuan 5
8,1
1.3
Perlakuan 6
10,1
1,0
Perlakuan 7
7,8
1,2
Perlakuan 8
6,5
1,4
Perlakuan 9
8,1
1,3

KESIMPULAN
Pupuk standar dosis 25%, 50% dan 75% yang dikombinasikan dengan Biofec dan kompos mempunyai pengaruh yang sama pemberian pupuk standar dosis 100% terhadap pertumbuhan karet di polibeg. Pemberian perlakuan kombinasi pupuk dengan Biofec dan kompos dapat meningkatkan pH, kandungan nitrogen dan fosfat. Sedangkan pemberian pupuk standar dosis 100% dapat meningkatkan pH dan fosfat. Perlakuan terbaik pada percobaan di rumah kaca adalah perlakuan pupuk dosis 25% ditambah Biofec 50 gr.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, T.A.,  D.C. White and B. T. Walton. 1995. Degradation of hazardous organic compounds by rhizospere microbial communities. Biotransformations: Microbial Degradation of Health Risk Compounds: 205-222.
Barnhisel, R.I and J. M.Hower,  1997. Coal surface mine reclamation in the eastern united states : the revegetaiton of disturbed lands to haylad/pasture or cropland. Advence Agronomy 61. pp. 233-269.
Kalimantan Review. 2003. Lintas Kalimantan : Tambang batubara rusak lingkungan  Kaltim. Institute Dayakologi. Kalimantan online.
Munthe, H. 1996. Penyebaran akar hara dan hubungannya dengan penaburan pupuk pada tanaman karet. Warta Puslit Karet.15 (1) :7-17.
Naimah, I., E. Zainol and P.K Yoon. 1993. A social economic enviroment-friendly industrial product. A paper presented at Third World Organisation of Women Scientists Conference, Cairo.
Suhendry, I., S.Ginting, R.Azwar., M.Z. Nasution.1996. Potensi pengembangan tanaman karet pada tanah marjinal beriklim kering.Studia kasus daerah Langga Payung Sumatera Utara Warta Puslit Karet.15(2): 67- 77.
Templeton, J.K. 1969. Partition of assimilates. J. Rubb. Res.. Inst. Malaya, 21(3), 259-263
Woelan, S., R.Azwar, I.Suhendry. 1996. Penampilan klon karet IRR  seri 100 selama periode belum menghasilkan.Jurnal Penelitian Karet 14(2):111-124.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INDUKSI PERCABANGAN TANAMAN KARET

Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa membentuk cabang. Tanaman dengan pertumbuhan seperti ini pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap, selain itu bagian ujungnya mudah dibengkokan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk menjadi tidak simetris. Keadaan cabang seperti ini akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila diterpa angin kencang. Beberapa klon yang pada awal pertumbuhannya cenderung meninggi dan lambat bercabang, diantaranya adalah klon GT 1 dan RRIM 600. Induksi percabangan selain untuk memodifikasi bentuk tajuk tanaman juga bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman. Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya 2.5-3 m dari pertautan okulasi. Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk tanaman l

MENGOPTIMALKAN PRODUKSI KARET DENGAN SISTEM EKSLOPITASI BARU

Dalam 10 tahun terakhir ini, klon karet unggul sudah sangat variatif. Variasi itu misalnya klon unggul yang didasarkan atas manfaat penanamannya. Seperti diketahui, kayu karet semakin bernilai ekonomi sehingga bahkan penjualan kayunya sudah dapat digunakan untuk penanaman ulang (TU). Artinya, perkebunan karet memang semakin bernilai ekonomi, disamping keunggulannya sebagai tanaman perkebunan bernilai ekologis. Cermatilah gugur daun yang terjadi setiap tahun, merupakan perkayaan hara yang sangat tinggi bagi tanah. Demikian juga sistem perakarannya yang mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Terdapat klon karet yang potensial sebagai penghasil kayu, lateks atau keduanya.             Disamping itu, klon karet berbeda-beda juga sifat metabolismenya. Perbedaan sifat metabolisme ini menjadikan sistem eksploitasinyapun berbeda-beda. Dalam konteks manajemen, seorang asisten kebun menjadi dituntut semakin tanggap terhadap teknologi. Persoalan manajemen penyadapan pada akhirnya juga harus seir

PISAU SADAP BIDANG SADAP ATAS

Penyadapan bidang sadap atas pada pohon karet produksinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyadapab bidan sadap bawah. Arah sadapan dari kanan bawah ke kiri atas. Jadi, bila penyadapan bidang sadap bawah menarik ke bawah, maka penyadapan bidang sadap atas menyorong ke atas. Untuk iu, diperlukan pisau khusus, berupa lengkungan besi yang ujungnya tajam. Panjang tangkai tentu saja acapkali harus disesuaikan sejalan dengan semakin tingginya bidang sadap atas tersebut. Idealnya, setiap kali penyadapan, kulit yang disayat cukup 2,5 mm.   Bidang sadap atas tidak diperlukan lagi pemulihan kulitnya. Berbeda dengan bidang sadap bawah, yang harus mencermati pemulihan kulit untuk disadap kedua kalinya. Pisau sadap atas memiliki spesifikasi khusus, meliputi  lengkungan, tebal besi, ketajaman, dan sudut yang dibentuk oleh lengkungan. Tidak mudah untuk mendapatkan pisau sadap atas yang lazim disebut pisau sadap cekung. Menggunakan pisau sadap bawah untuk bidang sadap atas hanya merupak